Nulis Gunung

"Kita mencintai alam karena kenikmatan mendaki dan keindahan lanskapnya, tapi nyatanya kita belum benar-benar mengenal gunung itu sendiri kecuali dimana dan kapan kita bisa "menaklukan" puncaknya dan juga foto yang bagus untuk posting di media sosial."

Banyak hal yang tidak dan belum saya ketahui soal gunung dan hutan. Selama ini yang saya tau, gunung dan hutan itu hanya perkara dingin, keindahan dan hijau yang rindang. Nyatanya tidak sesederhana itu, beberapa jenis bentuk gunung, seperti apa yang bisa disebut gunung, perbedaan gunung dan bukit dan masih banyak lainnya.

Waktu matahari terbit menjadi momen favorit pendaki untuk mengambil foto


Pendakian yang semakin marak sejak sekitar satu dekade silam, tidak hanya menenggelamkan keagungan gunung, bahkan kegiatan pendakian itu sendiri telah mengalami degradasi makna. Kini mendaki tidak lebih dianggap sebagai piknik belaka, ini bisa dilihat bagaimana persiapan kebanyakan pendaki, bahkan dalam konteks bercanda banyak yang berkata "kurang piknik" untuk menggambarkan temannya yang sedang suntuk atau pun stres oleh sebab yang bermacam-macam.

Dalam konteks lain banyak orang yang telah mampu mencapai puncak suatu gunung menganggap dirinya telah mampu "menaklukan" gunung. ini bagi saya sangat merendahkan dan meremehkan gunung itu sendiri, karena kita tidak pernah bisa menaklukan gunung apa lagi hanya sekedar mampu menapaki puncaknya. Kita selama ini hanya sebatas mampu menyiasati gunung sehingga mampu sampai puncak.

Jika kita memang bisa menaklukan gunung, seharusnya kita juga mampu memadamkan api saat gunung terbakar, kita mampu menahan longsoran tanah yang terjadi saat musim hujan. Dan nyatanya kita tidak mampu.

Terjadinya degradasi pemahaman perihal gunung dan bagaimana kita memperlakukan gunung tidak lepas dari terputusnya informasi-informasi yang mengagungkan gunung, informasi yang ada dan yang bertebaran khususnya di media sosial lebih banyak soal eksploitasi gunung yang kebanyakan melalui aktifitas pendakian.

Bagaimana begitu masiv-nya keindahan sudut-sudut gunung dimanapun baik oleh akun pribadi maupun akun-akun kegunungan dan petualangan yang meraup keuntungan secara materil dari pengikut yang banyak. Gunung-gunung tidak lebih hanya di jadikan objek dan latar foto untuk posting endorse yang mereka terima.

Yang sebenarnya tidak salah dengan hal tersebut, hanya sayangnya belum banyak informasi penyeimbang bagaimana seharusnya gunung dipahami dan diperlakukan. Dan sepertinya yang mengalami keresahan soal tren gunung sekarang tidak kalah banyak dengan postingan eksplotatif yang beredar.

Melihat fenomena tersebut, sekaligus menampung banyaknya keresahan yang sama, Gunung Institut menginisiasi program Nulis Gunung yang bertujuan mencari kembali potongan-potongan informasi, lalu merajutnya kembali, kemudian menyebarkan informasi tersebut ditengah-tengah hiruk pikuk eksploitasi gunung.

Mungkin program nulis gunung tidak serta merta langsung menyelamatkan gunung dari eksploitasi aktifitas pendakian dan bisnis turunannya, tapi setidaknya informasi yang akan dirangkai kembali dalam program nulis gunung mampu mengimbangi eksploitasi yang terjadi dan dalam jangka panjangnya rajutan ini mampu merubah sikap generasi selanjutnya dalam memahami dam memperlakukan gunung.

Program nulis gunung akan di mulai dengan melakukan pencatatan gunung-gunung di Bandung, dengan membuka partisipasi dalam proses pencatatanya. Dengan memberikan bekal seekers (sebutan bagi partisipan Nulis Gunung) berupa kelas riset dan kelas nulis pada dua hari pertemuan pertama pada bulan desember 2019. Setelah melakukan simulasi, Seekers akan memulai riset dan pencatatan sampai bulan maret 2020 yang kemudian akan di olah sehingga bisa menjadi buku yang bisa diterbitkan di bulan Mei 2020.

Kelestarian menjadi kata yang mungkin kita sepakati bersama, meski dengan pemahaman dan aplikasi yang berbeda, begitu juga program nulis gunung tidak lepas dari maksud untuk kelestarian gunung dan hutan.
Meski pada dasarnya, menjaga kelestarian gunung dan hutan sebenarnya perkara sederhana cukup dengan tidak mengunjungi gunung dan hutan itu sendiri, tapi tidak mengunjungi gunung dan hutan bukanlah perkara mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

Embun awan #1

Satu persatu barang bawaan yang terbungkus rapi di masukan kedalam tas ransel yang telah dibelinya setahun yang lalu dan jarang dipergunaka...

Paling banyak di baca