Menjadi Kucing

Jadi teringat penuturan seorang kawan waktu itu, saat kami sedang berada di salah satu kedai di bandara udara sedang menunggu jadwal penerbangan, bukan penerbangan untuk bermain atau berwisata, saya lupa akan kemana dan soal kerjaan apa.

Kopi pesanan baru saja tiba dan belum sempat kami minum, di balik kaca tempat kami duduk ada seekor kucing jantan dewasa yang sedang tertidur pulas dengan nikmatnya.

"disemua tempat selalu ada kucing, bagaimana mereka bisa berada di bandara?." celetuk ku

"pusing klo mikirin dari mana kucing bisa di bandara, mikir kerjaan udah ribet". jawab teman ku lalu meminum kopinya

"hahahahah.."
"ya heran aja dan apa kucing jawa jika di bawa ke bali dan ketemu kucing di bali apa bahasa mereka sama?". tanyaku lagi

"lihat, kucing itu saja santai tidak memikirkan hidupnya"
"kenapa kita memusingkan kehidupan dia?". jawab temanku lagi

kucing itu seperti merasa sedang di bicarakan oleh kami, dia mendadak terbangun dan hanya mengangkat kepala sambil melihat kami sekilas dengan matanya yang sayu ngantuk, lalu berganti posisi dan tidur kembali.

"enak menjadi kucing, tidur dimana saja, lapar tinggal cari secukupnya lalu tidur lagi."
"santai hidup mereka, tidak perlu mikirin hidupnya apa lagi mikir hidup orang lain". rancau teman ku lagi

"benar juga, apa lagi yang kucing rumah, bermalas-malasan malah di belai-belai". tambahku

"coba kita bermalas-malasan dirimuh, bisa didamprat sama istri, tapi kalo ke luar kota buat kerja, di bilang keluar kota terus".
"hahahahahha.." 

"aah itu sih kamu, aku nggak." aku menyanggah

"iya nanti kalo kamu sudah punya istri." balas teman ku

"hahahahahah...." 

Dan kucing itu kembali terbangun mendengar tawa kami bersamaan, kucing itu kembali melihat kami sebentar dengan wajah yang seperti kesal dengan kami, kemudian dia berjalan ke meja sebelah dengan memasang muka melas dan sedikit mengeong mendongak pada orang yang sedang duduk menikmati roti.

tak perlu waktu lama orang itu membagi rotinya untuk kucing itu, selepas mengendus roti yang sudah berada dilantai kucing itu kembali menoleh pada kami, kali ini wajahnya seperti mengejek kami lalu dia habiskan sepotong roti isi ayam pemberian orang tadi.

Selepas itu, tanpa menoleh lagi pada kami, kucing itu kembali tidur dengan posisi badan diselonjorkan begitu saja. tenang, damai tanpa beban.

Dan benar rasanya sekarang jika teringat itu, menjadi kucing cukup menenangkan, terlebih kucing yang tinggal dirumah mu, mendengar keluh kesahmu, menemani di waktu senggang di sela-sela belaianmu, meski nyatanya tidak bisa berbuat apa-apa atas resah mu, setidaknya tingkahku bisa sedikit membuat mu lepas dari keresahan hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

Embun awan #1

Satu persatu barang bawaan yang terbungkus rapi di masukan kedalam tas ransel yang telah dibelinya setahun yang lalu dan jarang dipergunaka...

Paling banyak di baca