Kemarin

Tadinya dengan tidak tidur, aku kira hari ini tidak menjadi kemarin. nyatanya sama saja tidur atau tidak kemarin akan menjadi kemarin di hari ini. 


bibit yang masih saja biarkan menyemai, meski sudah sadar tak mungkin lagi akan di tanam, hingga kadang lupa untuk merawat. tapi setelah tatapan di tiap malam itu, tatap yang sama saat senyuman ketiga di suatu sore. mata itu seolah-olah berkata, "biarkan bibit itu terus tumbuh, tapi jangan terlalu cepat".



lalu haruskah aku biarkan tumbuh?
aku harus cepat, karena akarnya semakin merayap lalu kuat mencengkeram, apa aku biarkan saja tumbuh sendiri hingga rindang? entah cepat atau lambat.
lalu suatu pagi kamu datang meneduh di bawah pohon, lalu tersenyum dan menatap, dengan tatapan yang masih sama.


kemudian melangkah pergi di kedatangan pertama, lalu berbalik dan berkata, "jangan sampai mati, biarkan hidup, berbunga dan berbuah". dan dengan tatapan yang masih sama, berlahan kembali menghilang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

Embun awan #1

Satu persatu barang bawaan yang terbungkus rapi di masukan kedalam tas ransel yang telah dibelinya setahun yang lalu dan jarang dipergunaka...

Paling banyak di baca