Gunung tak lagi sunyi


Seperti biasa, seharusnya sudah aku packing perlengkapan dan logistic di tas ceril..
Ya seharusnya seperti biasa melarikan diri ke gunung saat suntuk dengan hiruk pikuk hidup, sekedar bermalam kedinginan, sekedar menikmati kopi yang kadang racikannya tak begitu enak, tapi terasa begitu nikmat saat berada diatas sana.
Ya hanya sekedar bercerita dengan kawan, bahkan cerita yang sama yang pernah kami bicarakan di café di tengah hiruk pikuk, tapi cerita itu lebih nikmat terdengar di atas sana.
Menghisap rokok yang sama, yang biasa kami hisap di warung kopi kota. Rokok merek yang sama, tapi di atas sana satu hisapan begitu terasa sangat berharga untuk tidak benar-benar dinikmati. Sesekali benar-benar menghisap dalam-dalam asap rokok lalu dihembuskan panjang-panjang.
Langit malam di atas sana tak selalu indah sebenarnya, bintang-bintang tak selalu terlihat terang di hamparan langit gelap, ya tak seterang lampu-lampu kendaraan, tak segemerlap lampu-lampu gedung di kota. Tapi pada bintang-bintang di atas sana kami biasa menggantungkan mimpi-mimpi
Tapi..
Gunung sekarang tak lagi sunyi, gunung sekarang sama hiruk pikuknya dengan kota. Gunung bukan lagi tempat melarikan diri dari ramai, bukan lagi tempat pergi dari kepadatan.
Lalu kemana lagi aku harus lari? Dimana lagi tempat sunyi?
….
….
…….
………

Aku sudah menemukan tempat sunyi..
Ya di sini aku masih bisa menikmati kopi dan asap rokok..
Ya di sini..
Di kamar ini tempat sunyi yang tersisa..


bedroom, January 4, 2015

Baca Juga

Embun awan #1

Satu persatu barang bawaan yang terbungkus rapi di masukan kedalam tas ransel yang telah dibelinya setahun yang lalu dan jarang dipergunaka...

Paling banyak di baca