Pengemis Tua

Stasiun Kereta Api Lawang

Siang itu ingin menjemput seseorang di bandara juanda surabaya, bermaksud menekan pengeluaran alias ngirit maka untuk menuju kesana menggunakan skenario naik kereta api turun wonokromo lalu naik bus jurusan bungurasih-bandara, tapi skenario tidak berlaku untuk pulangnya, 2 sheet travel sudah dipesan sebelumnya.

Tiket kereta api seharga 3ribu rupiah sudah ditangan, sambil menunggu kereta datang aku duduk disalah satu bangku tunggu, disitu sudah ada 2 orang laki-laki,

yang satu masih muda pakai jaket kulit ala rocker satunya lagi lelaki tua pakaian seadanya dan kaki kanan menggunakan kaki palsu yang seadanya pula, Pak tua berada ditengah antara aku dan pemuda rocker. Kedua lelaki itu terlihat akrab dari obrolan mereka, aku nggak terlalu menyimak apa obrolan mereka karena lagi sedikit asyik dengan gadget.


Keasyikan ku pada gadget mulai terusik ketika pak tua bicara pada pemuda itu, bahwa tetangga dikampungnya yang ternyata tidak jauh dari stasiun kereta, tetangga pak tua itu telah memiliki rumah tingkat dan mobil dan tetangganya itu masih antri untuk beras miskin. Yang lebih mengejutkan lagi ketika pak tua itu berkata, “20 tahun aku kerja ngemis, gak sampai seperti tetangga ku yang juga ngemis itu sampai punya rumah dan mobil”. Gak sampai disitu, pak tua itu juga berkata “anak-anaknya (tetangganya) juga bekerja mengemis”.

Memang sudah jadi cerita umum kalau didekat stasiun ada kampung pengemis, begitu cerita mengemis sudah menjadi pekerjaan penduduk kampung. Namun mendengarnya langsung dari pengemis cukup mengejutkan juga apa lagi sampai memiliki rumah tingkat dan mobil, sepertinya aku mulai goyah untuk ganti profesi,. Hehehe,.

Pengemis tua itu pun sesekali juga seperti bercerita kepada ku juga, dan aku hanya tersenyum dan manggut-manggut menanggapi cerita pengemis tua itu, bukan hanya cerita dari pengemis tua itu yang membuatku tergiur dengan profesinya, tapi juga ketika dia mengeluarkan uang disakunya lalu menata dan merapikan segepok uang kertas yang lusu meski hanya pecahan seribu dan dua ribuan ada juga beberapa pecahan sepuluh ribuan. akhirnya kereta tiba kita berpencar untuk masuk kereta, dan sepertinya pemuda itu juga orang yang baru kenal pengemis tua itu.

Dikereta aku berdiri karena gak kebagian tempat duduk, gak lama berselang setelah kereta mulai berangkat, terlihat pengemis tua mulai bekerja meminta-minta kepada penumpang kereta, pengemis itu agak kesulitan berjalan dipenuhnya kereta dengan kaki palsunya, ada yang memberinya uang, ada pula yang cuek padanya. Beberapa langkah lagi pengemis itu sampai dihadapan ku, aku sempat menebak dalam hati kalau pengemis tua itu tetap meminta padaku, pada orang yang diajak ngobrol tadi. Tapi tebakan ku salah…

pengemis itu bukan hanya melewati ku begitu saja, tapi pengemis tua itu menyapa ku dengan menepuk bahu ku dan tersenyum sambil bilang hati-hati nak dan kemudian berlalu……………


Selamat Bekerja dan tetap merdeka,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

Embun awan #1

Satu persatu barang bawaan yang terbungkus rapi di masukan kedalam tas ransel yang telah dibelinya setahun yang lalu dan jarang dipergunaka...

Paling banyak di baca