Pertama mengenal kopi dari kopi bapak yang tinggal setengah kadang tinggal seteguk, yang pasti nggak berani jika kopi masih utuh. kalaupun ikut minum saat masih utuh, bapak nggak akan marah. iya kopi tubruk yang selalu dibuat oleh ibu, kopi tubruk terenak yang pernah aku tahu. manis.. semanis bapak dan ibu.
Dari kopi itu aku mengenal cinta, cinta yang tanpa diucapkan. entah memang tak pernah atau hanya aku yang tak mendengar dari mereka. dari kopi yang dulu selalu tersedia setiap pagi dan sore. kopi itu sekarang sudah jarang tersaji, kurasa bukan karena cinta mulai berkurang, hanya saja bapak mengurangi konsumsi kopi, pagi lebih sering dihabiskan dengan teh manis. dan masih buatan ibu.
Dari kopi juga aku belajar berbagi, segelas tanpa segan untuk bersama. segelas kopi teman ngobrol ngalor ngidul pernah sampai pagi. dari obrolan yang tidak penting sampai benar benar tidak penting. obrolan tentang perempuan yang baru tadi kita lihat sampai tentang perempuan lain yang juga baru kemaren baru kita tau.
Dan kamu juga yang pernah jadi bahan obrolan saat aku ngopi, bukan topik utama kadang, hanya jadi selah selah perbincangan, meski terdengar tidak penting tapi itu cukup berarti bukan cuman buat ku, itu juga berati bagi ibu penjaga warung. karena mu ibu itu membuatkan lagi kopi yang ke dua kalinya.
tidak hanya itu, kamu juga yang aku perbincangkan dengan Tuhan dan itu juga saat ngopi. jadi kapan kita ngopi lalu kita perbincangkan hal hal kedepan? kita libatkan Tuhan jika kamu mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar